PANDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setelah Rasulullah Saw wafat, hadis belum dibukukan seperti sekarang ini, perkembangan serta pertumbuhan penulisan hadits telah melalui beberapa periode dari periode Rasulullah sampai periode sekarang.
Masalah hadis maudhu berawal dari pertentangan politik yang terjadi pada masa khalifahAli Bin Abi Thalib yang berujung pada pembuatan hadis-hadis palsu yang tujuannya adalahuntuk mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang tertentu.
Akibat perpecahan politik ini, hampir setiap golongan membuat hadis maudhu untuk memperkuat golongannya masing-masing. Hadis merupakan suatu ilmu pengetahuan yang komplek dan sangat menarik untuk diperbincangkan, salah satuanya adalah mengenai hadis maudhu yang menimbulkan kontroversi dalam keberadaannya.
Pada zaman ini benih perpecahan mulai berkembang dan meluas, orang-orang Islam terpecah menjadi 3 golongan yaitu: golongan pendukung Ali (Syi’ah), golongan pendukung Muawiyah, dan golongan Khawarij. Dahulunya perbedaan antar golongan ini hanya berkisar pada masalah politik saja, tapi pada periode ini mulai menjalar ke bidang aqidah dan ibadah. Masing-masing golongan berusaha menarik simpati rakyat, dengan saling jatuh menjatuhkan satu dengan yang lainnya, sehingga bermunculanlah pemalsuan-pemalsuan terhadap hadis Rasululah saw. Mulai zaman inilah hadis-hadis palsu mulai bermunculan.Para pemalsu hadis semakin gencar membuat kata-kata mutiara, kata-kata hikmah yang mereka rangkai sendiri dan kemudian dikatakan bahwa kata-kata itu adalah hadis Nabi Saw.
PEMBAHASAN
HADIS MAUDHU
A.Pengertian Hadits Maudhu’
Maudu’ berasal dari isim maf’ul dari وضع يضع وضعاmenurut bahasa seperti (meletakan atau minyimpan). Sedangkan menurut istilah hadis maudu’ adalah hadits yang dibuat-buatatau diciptakan atau didustakan atas nama nabi Dan para ahli hadits mendifinisikan hadis maudhu’ adalah:
الموضوع هُوَ مَا نُسِبَ إِلَى رَسُوْلِ اللّه صَلَّى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إخْتِلاَقًا وَ كِذْبًا مِمَّا لَمْ يَقُلْهُ أَوْ يَفْعَلْهُ أَوْ يُقَرَّهُ.
Artinya: Hadis maudhu’ ialah apa yang disandarkan kepada Rasulullah Saw dibuat secara dusta apa-apa yang tidak dikatakan. Tidak diperbuat dan tidak ditaqrirkan oleh Rasulullah Saw. atau definisi lain:
هُوَ الْمُخْتَلَعُ الْمَصْنُوْعُ الْمَنْسُوْبُ اِلَى رَسُوْلُ اللَّه صَلَّى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زوْرًا وَبُهْتَانًا سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ عَمْدًا اَوْ خَطَأً
Artinya:Hadis yang diciptakan dan dibuat oleh seorang (pendusta) yang ciptaan ini dinisbahkan kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik disengaja maupun tidak.
Dari pengertian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa hadits maudhu’ adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik perbuatan, perkataan maupun taqrirnya, secara rekaan atau dusta semata-mata.Dalam penggunaan. masyarakat islam, hadis maudhu’ disebut juga dengan Hadis palsu.
Banyak sekali kata-kata hikmah, kata-kata mutiara dari para sahabat yang dinisbahkan kepada Rasulullah Saw oleh para pemalsu hadis. Dan banyak pula kata-kata mutiara yang mereka ciptakan dan mereka rangkai sendiri yang kemudian disandarkan kepada Rasulullah Saw, dikatakan bahwa itu adalah hadis Nabi, atau perbuatan Nabi ataupun taqrir Nabi.
Hadis-hadis maudhu’ ini sangat membahayakan bagi agama Islam dan pemeluknya.B.Faktor-fakto Penyebab Timbulnya Hadis Maudhu’
Sebab-sebab yang terjadiya pemalsuan hadis itu ada 2 macam, pertama, faktor-faktor perorangan yang mempunyai kepentingan tertentu, kedua, faktor kelompok dan sosial.
Dr. Muhammad Alawi Al Maliki menguraikan, adapun faktor-faktor seseorang membuat hadits palsu adalah :
1.Untuk mempertahankan kepantingan pribadinya, hadis palsu dibuat sebagai argumentasi guna menolong dan menegakkan faham alirannya semata, seperti yang dilakukan golongankhaththabiyah dari aliran Rafidhah. Hadis-hadis palsu mereka buat untuk mengembangkan bid’ah-bid’ah yang mereka buat.
2.Untuk mendekatkan diri kepada raja-raja atau pejabat.
Dengan membuat hadis-hadis maudhu’ yang cocok dengan program dan tujuan mereka. Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim An-Nakha’i yang datang kepada Amirul mukminin Al-Mahdi, yang sedang bermain merpati. Lalu iya mentyebut hadits dengan sanadnya secara berturut-turut sampai kepada nabi Saw, bahwasanya beliau bersabda:
لاَ سَبَقَ إِلاَّ فِيْ نَصْلٍ أَوْ خُفٍّ أَوْ حَافِرٍ أَوْ جَنَاحٍ
Artinya:Tidak ada perlombaan, kecuali dalam anak panah, ketangkasan, menunggang kuda, atau burung yang bersayap.
Ia menambahkan kata, atau burung yang bersayap, untuk meyenagkanAl-Mahdi, lalu Al Mahdi memberinya sepuluh dinar. Setelah ia berpaling, sang Amir berkata, “Aku bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama Rasulullah Saw. Lalu memerintahkanuntuk menyembelih mengerti itu.
3.Untuk mencari rezki / pekerjaan.
Ini seperti yang banyak dibuat oleh tukang-tukang cerita sebagai profesinya dalam mengais rezki. Mereka itu seperti Abu Said Al-Madini.
4.Untuk menegakkan dan membela pendapat.
Walaupun pendapat itu salah, tidak ada dalil sunnah, mereka kemudian membuat hadis-hadis maudhu’ dalam rangka pembenaran pendapat mereka itu. Ini seperti yang dilakukan oleh al Khaththab bin Dihyah dan Abdu al Aziz bin Haris al Hanbali.
5.Untuk menarik simpati orang dalam perbuatan-perbuatan baik.
Kebanyakan orang-orang yang bertujuan demikian adalah orang-orang yang menamakan dirinya zuhud. Tindakan ini sangat besar bahayanya, karena tindakan yang mereka lakukan ini mereka anggap untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
6.Untuk mendidik anak-anak
Melalui hadis-hadis maudhu’ dan mengajarkannya kepada mereka. Akibatnya mereka percaya dan akan meriwatkan hadis-hadis itu. Secara global, sebab-sebab terjadinya pemalsuan hadis dapat dikemukakan sebagai berikut .
اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأُمَّهَاتِ، مَنْ شِئْنَ أَدْخَلْنَ وَ مَنْ شِئْنَ أَخْرَجْنَ
Artinya: Surga itu di bawah telapak kaki ibu, siapa yang ia kehendaki maka akan dimasukkan dan siapa yang ia ingini maka akan dikeluarkan
Secara global, sebab-sebab terjadinya pemalsuan hadits dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.Partai-Partai Politik
Partai yang pertamakalimuncul setelah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan adalah Syi’ah (partai pendukung Ali) dan partai Mu’awiyah, dan setelah perang shiffin muncul Khawarij.
Partai politik yang banyak membuat hadis-hadis palsu untuk kepentingan golongan adalah : syi’ah Rafidlah.Golongan Syi’ah membuat hadis-hadis mengenai kekhalifahan Ali bin Abi Thalib r.a, yaitu: mengenai keutamaanya dan keutamaan ahl bait. Mereka juga membuat hadis-hadis yang mencela dan memburuk-burukkan para sahabat,khususnya Abu Bakar dan Umar.
Menurut penerangan Al Khalily dalam kitab al Irsyad fi ‘Ulamail Bilad, para Rafidlah telah membuat hadis palsu mengenai keutamaan Ali dan ahl bait sejumlah 300.000 hadis.
Di antara hadis-hadis yang dibuat oleh golongan Syi’ah adalah :
من أراد أن ينظر إلى ادم فى علمه وإلى نوح فى تقواه وإلى إبراهيم فى حلمه وإلى موسى فى هيبته وإلى عيسى فى عبادته فلينظر إلى علي.
Artinya :Barangsiapa yang ingin melihat kepada Adam tentang ketinggian ilmunya, ingin melihat kepada Nuh tentang ketakwaannya, ingin melihat kepada Ibrahim tentang kebaikan hatinya, ingin melihat kepada Musa tentang kehebatannya, ingin melihat kepada ‘Isa tentang ibadatnya, maka hendaklah ia melihat kepada Ali.
Kemudian, untuk mengimbangi tindakan-tindakan kaum Syi’ah tersebut, golongan jumhur yang dungu-dungu juga membuat hadis palsu, yakni :
مافى الجنة شجرة إلا مكتوب على كل ورقة منها : لاإله إلا الله محمد رسول الله, ابو بكر الصديق, عمر الفاروق, عثمان ذو النورين.
Artinya: Tak ada sesuatu pohon dalam syurga, melanikan tertulis pada tiap-tiap daunnya: la ilaha illallah Muhammadur Rasulullah, Abu Bakar Ash Shidiq, Umar al Faruq dan Utsman Dzunnurain.
Dalam hadis palsu ini terlihat jelas bahwa mereka mengatakan bahwa Ali tidak akan masuk syurga, yang masuk syurga hanyalah khalifah sebelum dia sajaLain lagi dengan golongan yang fanatik terhadap Mu’awiyah, mereke juga membuat hadis tentang keutamannya, yakni :
الأمناء ثلاثة: أنا وجبريل و معاوية
Artinya: Orang yang kepercayaan hanya 3 orang saja, Saya, Jibril dan Mu’awiyah.
2.Musuh-Musuh Islam (orang-orang zindiq / ateis)
Pasukan Islam berhasil mengalahkan 2 kekuasaan, yakni Kisra dan Kaisar. Mereka juga berhasil menggulingkan tahta para raja dan amir yang berkuasa atas bangsa-bangsa dengan penindasan, pembunuhan, dan perbudakan.
Ketika Islam tersebar, ia mampu mententramkan hati bangsa-bangsa. Tentu saja hal ini dianggap berbahaya oleh oknum-oknum pencari keuntungan tadi, mereka kehilangan keuntungan yang selama ini mereka peroleh dengan memeras rakyat.
Setelah kuam Muslim berkuasa, maka kekuasaan mereka roboh. Mereka tidak mampu melawan kaum Muslimin dengan pedang, lalu diambillah cara lain yaitu dengan menjauhkan diri kaum Muslimin dari akidah Islam dengan cara menciptakan kebatilan dan berdusta atas nama Rasulullah Saw.
Di antara hadis palsu yang mereka buat untuk menjauhkan akidah umat islam dari akidah yang benar adalah :
قيل : يارسول الله مم ربنا ؟ قال : من ماء مرور, لامن أرض ولا سماء, خلق خيلا فأجلراها, فعرقت, فخلق نفسه من ذلك العرق.
Artinya: Ditanyakan: Wahai rasulullah ! Terbuat dari apakah Tuhan kita ? Rasulullah Saw menjawab, dari air yang berlalu (tidak diam), tidak dari bumi, dan tidak (pula) dari langit. Dia menciptakan seekor kuda kemudian Dia menjalankan kuda itu maka berkeringatlah kuda itu. Kemudian Dia menciptakan diri-Nya dari keringat kuda itu.
Itulah salah satu contoh dari hadis palsu yang dibuat oleh kaum zindiq guna menghancurkan akidah umat Islam. Karena apabila akidah telah hancur, maka yang lainnya pun akan segera hancur juga. Namun, hadis-hadis palsu seperti itu dapat dengan mudah diketahui oleh para ulama hadis, karena isinya tidak sesuai dengan pokok-pokok ajaran agama Islam yang mengEsakan Allah Swt.
3.Diskriminasi Etnis dan Fanatisme Kabilah, Negara dan Imam
Dalam menjalankan pemerintahannya, Dinasti Umayyah secara khusus mengandalkan etnis Arab. Sebagian mereka bersikap fanatik terhadap “kebangsaan” Arab dan bahasa Arab. Pandangan sebagain muslim golongan Arab kepada muslim non Arab tidak sesuai dengan jiwa agama Islam yang mengajarkan bahwa derajat manusia itu sama, yang membedakan hanyalah ketakwaanya saja. Diskriminasi Ini dirasakan oleh kaummawalli (orang muslim non Arab).
Mereka berupaya untuk mendapatkan persamaan hak antara kaum muslimin non Arab dengan kaum muslimin etnis Arab, salah satunya dengan memanfaatkan sebagian besar gerakan pemberontakan untuk mewujudkan keinginannya itu.Faktor inilah yang juga merupakan salah satu alasan yang mendorong mereka untuk membuat hadis-hadis palsu, di antaranya adalah sebagai berikut :
إن كلام الذين حول العرش بالفارسية وإن الله إذا أوحى أمرا فيه أوحاه بالفارسية وإذا أوحى أمرا فيه شدة أوحاه بالعربية.
Artinya:Sesungguhnya pembicaraan orang-orang yang berada di sekitar Arsy adalah dengan bahasa Persia, dan sesungguhnya jika Allah mewahyukan sesuatu yang lunak (menggembirakan) maka Allah mewahyukannya dengan bahasa Persia, dan jika Dia mewahyukan sesuatu yang keras (ancaman) maka Dia mewahyukan dengan bahasa Arab.
Sebagai balasan, etnis lain juga membuat hadits palsu, yakni :
أبغض الكلام إلى الله الفارسي وكلام الشياطين الخوزية وكلام أهل النار البخارية وكلام أهل الجنة العربية.
Artinya: Bahasa yang paling dibenci oleh Allah adalah bahasa Persia, bahasa Setan adalah bahasa Khauzi, bahasa penghuni neraka adalah bahasa Bukhara, dan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab.
4. Para Pendongeng (Pembuat Cerita Fiktif)
Pada masa-masa akhir pemerintahan Khulafaurrasyidin muncul kelompok-kelompok pendongeng dan penasehat yang jumlahnya terus bertambah pada masa-masa selanjutnya di masjid-masjid kekuasaan Islam. Sebagian dari pendongeng itu mengumpulkan banyak orang kemudian membuat hadis untuk menggugah perasaan mereka dengan berdusta mengatasnamakan Rasulullah Saw.
Di antara hadis yang dipalsukan oleh para pendongeng itu adalah :
Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pohon yang dari bagian atasnya keluar pakaian-pakaian dan dari bagian bawahnya keluar seekor kuda belang yang terbuat dari emas, berpelana dan dikekang dengan permata dan batu mulia. Kuda itu tidak berak dan tidak kencing dan mempunyai banyak sayap. Kemudian, para wali Allah duduk di atsnya dan membawa mereka terbang ke mana saja yang mereka kehendaki.
5.Mencintai kebaikan tapi Bodoh tentang Agama
Pada masa itu mereka melihat orang-orang sibuk mengurusi urusan duniawi saja tanpa memperdulikan kehidupan akhirat. Maka untuk menyadarkan manusia mereka memalsukan hadis-hadis tentang tarhib (ancaman bagi perbuatn buruk) dan targhib (motivasi untuk berbuat baik) dengan semata-mata mengharapkan ridha Allah Swt
.
Walaupun tujuan mereka baik, yaitu untuk menyadarkan manusia, namun cara yang mereka lakukan itu sangatlah tidak sesuai dengan ajaran Islam, terlebih lagi Nabi Muhammad Saw pernah bersabda yang isinya menyatakan larangan mendustakan beliau dengan ancaman ia akan disiksa dalam neraka.
Di antara yang dipalsukan oleh orang-orang “saleh” ini adalah hadist tentang keutamaan surat-surat Al-Qur’an.
6.Perbedaan dalam mazhab-Mazhab Fikih dan Ilmu Kalam (teologi)
Sebagaimana yang dilakukan oleh aliran-aliran politik dalam memalsukan hadits guna mendukung suatu aliran tertentu, maka para pendukung mazhab-mazhab fikih dan teologi juga berbuat demikian. Contoh hadits palsu tentang masalah fikih :
من رفع يديه فى الركوع فلا صلاة له
Artinya: Barangsiapa mengangkat kedua tangannya sewaktu (akan ruku’ dan bangun) dari ruku’ maka tidak sahlah shalatnya.
Contoh hadis palsu lain tentang masalah teologi :
Semua yang ada di langit, di bumi, dan di antara keduanya adalah makhluk (diciptakan), kecuali Allah dan Al-Qur’an. Al-Qur’an itu adalah kalam Allah. Ia bermula dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Akan datang banyak kaum dari umatku yang berpendapat bahwa Al-Qur’an itu makhluk. Maka barangsiapa berpendapat demikian maka ia kafir kepada Allah Yang Maha Agung dan tertalaklahisterinya sejak itu karena tidaklah boleh perempuan mukmin menjadi isteri laki-laki kafir, kecuali perempuan yang dinikahinya pada masa lampau.
C.Hukum Memalsukan Hadis dan Meriwayatkan
Hukum memalsukan hadis menurut para ulama adalah haram secara mutlak, tidak ada perbedaan pendapat diantara kaum muslim. Menciptakan hadis mawdhu’ sama halnya dengan mendustakan Rasulullah karena perbuatan itu dari penciptaan sendiri yang kemudian disandarkan kepada Rasulullah. Rasulullah sendiri telah memberikan ancam keras kepada siapa saja yang memalsukan hadis:
من كذب على متعمدا فليتبوء مقعده من النار
Artinya:barang siapa yang mendustakanku dengan sengaja, maka hendaklah bersiap-siap menempatkan dirinya di neraka(Riwayat Bukhari- Muslim).
Mereka tidak membolehkan meriwayatkan sedikitpun hadis palsu, baik berkenaan dengan kisah, tarhib, targhib, hukum-hukum ataupun tidak, karena Rasullah bersabda:
من حدث عنى بحديث يرى انه كذب فهو احد الكاذبينٌ
Artinya: Siapa saja yang meriwayatkan dariku sebuah hadis dan terlihat bahwa hadis itu dusta, maka ia juga termasuk satu diantara para pendusta” (HR. Muslim).
D.Upaya dan kesenguhan para ulama utuk mengantisipasi timbul dan beredar hadis maudhu
Dalam upaya menanggulangi Hadis-Hadis Maudhu’ agar tidak berkembang dan semangkim meluas serta agar terpeliharanya, hadis-Hadis Nabi Saw dari tercampur yang bukan Hadis, para ulama Hadis telah merumuskan langkah-langkah yang dapat mengantisipasi poblema hadits Maudhu’ ini. Langkah-langkat tersebut sebagai berikut:
1.Memelihara Sanad hadis
Ketelitian dan sikap ketat terhadap sanad Hadis telah dilakukan oleh umat Islam sejak para Sahabat dan Thabi’in. Sikap teliti dan sikap hati-hati tersebut semangkin meningkat terutama setelah terjadi perpecahan dikalangan umat Islam dan muncullah tindakan pelmasuan Hadis. Para Sahabat dan Thabi’in apabila mareka menerima Hadis selalu menanyakan tentang sanad suatu dari oarng yang merawikannya dan sebaliknya mareka akan menerangkan sanad dari hadits mareka sampaikan.
2.Meningkatkan kesungguhan dalam meneliti Hadis
Aktivitas dalam mencari serta meneliti kebenaran sesuatu hadits juga sudah dimulai sejak zama Sahabat dan Thabi’in pada masa itu telah timbul usaha perlawatan dari suatu daerah ke daerah lain yang kadang-kadang hanya untuk kepentingan meneliti kebenaran sebuah Hadis dari seorang perawinya.
Seorang Thabi’in tak kala mendengar atau menerima sebuah Hadits, maka akan mengunjungi para Sahabat yang masih hidup ketika itu dalam rangka untuk mengecek kebenaran Hadits tersebut. Dan para Sahabat ketika itu juga bersifat terbuka kepada siapa saja bertanya tentang Hadis Nabi Saw, serta akan menjelaskan secara rinci tentang kebenaran dan status sebuah Hadis yang dipertanyakan nkepada mareka, atau ketika mareka meriwayatkannya.
3.Menyelidiki dan membasmi kebohongan yang dilakukan terhadap hadis
Di samping sikap hati-hati dalam menerima dan meriwayatkan suatu Hadis, Para Ulama melakukan penyelidikan terhadap pelaku kebohongan dan pemalsuan Hadis dan sekaligus menutup serta membatasi ruang gerak mareka dalam memalsukan hadis.
Adalah mareka keharusan bagi para Ulama Hadis untuk mengenali para Perawi Hadis, sehingga mareka dapat menetapkan dan sekaligus membedakan perawi yang benar dapat dipercaya riwayatnya dan perawi yang berbohong, Dengan demikian, dapat dibedakan mana Hadis yang Shahih, yang Dha’if, bahkan yang Palsu.
4.Membuat kaidah-kaidah untuk menentukan Hadis Maudhu’
Sebagaimana para Ulama telah menetapkan ketentuan-ketentuan dalam menilai suatu Hadits, apakah Shahih, hasan, atau Dha’if, mareka juga membuat kaidah-kaidah untuk menetapkan suatau Hadis itu palsu atau tidak. Di antaranya, mareka menetapkan beberapa kriteria Hadis Maudhu’, baik dari segi sanad maupun matan.
E.Cara mengetahui hadis maudhu’ dan tanda-tandanya
1.Cara-Cara Mengetahui Hadis Maudhu’
Para Ulama Muhaditsin, disamping membuat kaidah-kaidah untuk mengetahui shahih, hasan, atau dhaif suatu Hadis, mareka juga menentukan tanda-tanda untuk mengetahui ke maudhuan suatu Hadis. Kemaudhuan suatu Hadis dapat dilihat pada tanda-tanda yang terdapat pada Sanad dan Matan:
- Tanda-tanda yang terdapat pada Sanad adalah.
- Rawi tersebut terkenal berdusta (seorang pendusta) dan tidak ada seorang rawi yang terpercaya yang meriwayatkan Hadis dari dia.
- Pengakuat bagi si pembuat sendiri, seperti pengakuan guru tasauf, ketika oleh Ibnu Ismail tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an, yang serentak menjawab, Tidak seorang pun yang meriwayatkan Hadis kepada ku, Akan tetapi, serentak kami melihat manusia sama membenci Al-Qur’an, kami ciptakan untuk mareka Hadis ini (tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an), agar mareka manaruh perhatian untuk mencintai Al-Qur’an.
- Kenyataan sejarah, mareka tidak mungkin ketemu, misalnya ada pengakuan dari seseorang rawi ia menerima Hadits dari seorang guru, pada dia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut, atau ia lahir sesudah guru tersebut meninggal, misalnya ketika Ma’mun Ibn Ahmad As-Sarawi mengaku ia menerima Hadits dari Hisyam Ibn Amr kepada Ibn Hibban maka Ibn Hibban bertanya, Kapan engkau pergi ke Syam?. Makmun menjawab, Pada tahun 250 H. Mendengar itu, Ibnu Hibban berkata, “Hisyam meninggal dunia pada pada tahun 245 H.
2.Tanda-tanda yang terdapat pada Matan
a.Keburukan susuna lafazhnya
Ciri ini akan diketahui setelah kita mendalami ilmu Bayan. Dengan mendalami ilmu Bayan ini, kita merasakan susunan kata, mana yang mungkin keluar dari mulut Nabi SAW, dan mana yang tidak mungkin keluar dari mulut Nabi Saw.
b.Kerusakan maknanya
c.Karena berlawanan dengan akal sehat, seperti Hadits:
ان سفينة نوح طافت بالبيت سبعا وصلت بالمقام ركعتين
Artinya:Sesungguhnya bahtera Nuh bertawaf tujuh kali keliling Ka’bah dan bersembahyang dimakam Ibrahim dua rakaat.
d.Karena berlawanan dengan hukum akhlak yang umum, atau menyalahi kenyataan, seperti Hadits:
لا يولد بعد المائة مولد لله فيه حاجة
Artinya:Tidak dilahirkan seorang anak sesudah seratus tahun, yang adapadanyakeperluanbagi Allah.
e.Karena berlawanan dengan ilmu kedokteran, seperti Hadis:
الباذنجان شفاء من كل شيء
Artinya: Buah terong itu penawar bagi segala penyakit.
f.Karena menyalahi undang-undang (ketentuan-ketentuan) yang menetapkan akal terhadap Allah. Aka menetapkan bahwa Allah suci dari serupa dengan makhluknya, seperti Hadis:
ان الله خلق الفرس فأجراها قعرقت فخلق نفسها منها
Artinya: Sesungguhnya Allah menjadikan kuda betina, lalu ia memacukannya. Maka berpeluhlah kuda itu, lalu Tuhan menjadikan dirinya dari kuda itu.
g.Karena menyalahi hukum-hukum Allah dalam menciptakan alam, seperti Hadis yang menerangkan bahwa ‘Auj ibn ‘Unug mempunyai panjang tiga ratus hasta. Ketika Nuh menakutinya dengan air bah, ia berkata,” Bawalah aku kedalam piring mangkukmu ini.” Ketika topan terjadi, air hanya sampai ketumitnya saja. Kalu mau makan, ia masukkan tangannya kelaut, lalu membakar ikan yang diambilnya ke panas mata hari yang tidak serupa jauh dari ujung tangannya.
h. Karena mengandung dongen-dongen yang tidak masuk akal sama sekali, seperti Hadis:
الديك الابيض حبيبي وحبيب ال جبرائيل
Artinya: Ayam putih kekasihku dan kekasih dari kekasihku Jibril.
i.Bertentangan dengan keterangan Al-Qur’an, Hadis Mutawatir, dan kaidah-kaidah kulliyah, seperti Hadis:
ولد الزنا لا يدخل الجنة الى سبعة أبناء
Artinya: Anak zina itu tidak masuk syurga sampai tujuh keturunan.
j.Menerangkan suatu pahala yang sangat besar terhadap perbuatan-perbutan yang sangat kecil, atau siksa yang sangat besar terhadap sesuatu perbuatan kecil, seperti Hadis:
من قال لا اله الا الله خلق الله من تلك الكلمات طائراله سبعون ألف لسات سبعوت ألف لغة يستغفرون له
Artiny: Barang siapa mengucapkan tahlil (la ilaha illallah) maka Allah mencitakan dari kalimat itu seekor burung yang mempunyai 70.00 lisan, dan setiap lisan mempunyai 70.00 bahasa yang dapat memrintahkan ampun kepadanya.
Kesimpulan
Hadis maudhu’ adalah segala sesuatu yang tidak pernah keluar dari Nabi Saw baik dalam bentuk perkataan, perbuatan atau taqrir, tetapi disandarkan kepada beliau secara sengaja atau pun tidak sengaja.
Sebagian ulama mendefinisikan Hadis Maudlu’ adalah “Hadis yang dicipta dan dibuat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaannya itu dikatakan sebagai kata-kata atau perilaku Rasulullah Saw, baik hal tersebut disengaja maupun tidak”.
Faktor-faktor yang melatar belakangi hadis maudhu, yaitu: (1) Polemik politik, (2) kaum zindiq adalah golongan yang membenci islam, baik sebagai agama ataupun sebagai dasar pemerintahan. (3) Fanatik terhadap Bangsa, Suku, Negeri, Bahasa, dan Pimpinan. Mereka membuat hadits palsu karena didorong oleh sikap egois dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Suparta, Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, raja grapindo persada, Jakarta, 1993
Mahmud abu rayah, adlwa’ ‘ala sunnah al muhammadiyah, Dar al-Ma’arif, Mekah
M. ‘Ajjaj Al-Khatib. Ushul Al-Hadits. Terj. H. M. Qodirun dan Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama
Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahahul Hadits, Bandung: Al-Ma’arif, 1974
Shiddieqy, T.M. Hasbi ash, 1999, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang: PT. Pustaka Rezki Putra.
M. Agus Solahudin, dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka Setia, 2009
Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2008,
Al-Khatib, Muhammad ‘Ajaj, Ushul al-Hadits, Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, 2007,
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, Ciputat, PT. Mutiara Sumber Widya, 1997
M. Agus Solahuddin dan Agus Suryadi, Ulumul Hadits, Bandung, Pustaka setia,2011
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^