Semarak hari raya ‘Idul Fithri kita saksikan. Tradisi mudik, saling berziarah dan halal bi halal mewarnai suasana ‘Idul Fithri di negeri tercinta ini, yang sungguh membutuhkan biaya yang amat besar. Ada yang mereka cari, akan tetapi tidak semua dari mereka menemukan apa yang mereka cari. Ada yang mereka rindukan, akan tetapi tidak semua dari mereka menemukan apa yang mereka rindukan. Mereka mencari cinta di sela-sela kesibukannya. Mereka merindukan cinta di tengah-tengah kekerasan dan kebejatan sebagian bangsa manusia. Mereka tidak butuh gebyar lahir, marak hari raya dan berbagai tradisi yang tidak menghadirkan makna cinta. Ada yang perlu dicermati, apa yang menjadikan cinta tidak kunjung terwujud dalam kebersamaan bangsa ini, kendati aktivitas lahir penyambung hati sudah dilaksanakan. Cinta tersembunyi dibalik tabir kedengkian, kesombongan, dan kerakusan yang tak terkendalikan. Maka sesemarak apapun gebyar silaturahmi lahir kita adakan, jika tabir-tabir tersebut tidak disingkap dan disingkirkan sungguh sinar cinta tidak kunjung memancar di hati kita.
Silaturahmi adalah kalimat yang sering kita dengar, khususnya adalah di saat kita memasuki bulan fitri, dihari raya ‘Idul Fithri. Sehingga apa yang kita dengar dengan arus mudik, berbondong-bondongnya orang pindah dari satu tempat ke tempat lain, berziarah kesana kemari adalah dalam irama mewujudkan makna silaturahmi ini. Akan tetapi amal perbuatan seperti apapun besarnya, jika tidak dibarengi dengan renungan dan niat yang baik, maka semuanya akan sia-sia.
Untuk melengkapi apa yang pernah kita lakukan dari tradisi yang mulia ini yaitu silaturahmi, maka perlu dikukuhkan makna bahwa silaturahmi ini adalah menghadirkan makna kerinduan saling cinta diantara sesama manusia, yang tidak cukup hanya dengan sekedar basa-basi. Akan tetapi jika silaturahmi kita ini hanya terbatas kepada basa-basi dzahir, hanya saling mengunjungi dan lain sebagainya, maka sesungguhnya belumlah ia sampai kepada silaturahmi yang sesungguhnya.
Dan silaturahmi itu adalah hal yang mendekatkan hati seseorang kepada orang lain, mendekatkan antara orang yang saling bermusuhan menjadi orang yang saling mencintai, orang yang saling dendam menjadi orang yang saling merelakan.
Silaturahmi yang benar adalah jika memang telah menumbuhkan rasa cinta diantara sesama. Sehingga hal yang demikian itu tidak cukup hanya dengan basa-basi social saling kunjung dan memberi hadiah, akan tetapi harus dibarengi dengan renungan yang sesungguhnya.
Pertemuan itu bukan jaminan bersambungnya hati akan tetapi ternyata silaturahmi yang sesungguhnya adalah seperti yang pernah disabdakan oleh Nabi Rasulullah SAW, bahwasanya agar mendapatkan derajat yang besar di hadapan Allah SWT, seperti yang disabdakan Nabi SAW “Demi Allah kalian tidak akan masuk surga kecuali sudah beriman dan tidak akan beriman secara sesungguhnya diantara kalian sehingga kalian saling mencintai.”
Saling mencintai itulah yang menghantarkan keindahan di hadapan Allah SWT. Yang sering berziarah kesana kemari jika tidak menghadirkan makna cinta adalah pekerjaan sia-sia. Maka yang harus kita tekankan saat ini adalah ziarah yang kita lakukan secara lahir harus ada buahnya, yaitu bertemunya hati dan saling cinta. Dan cinta ini mempunyai tanda, diantaranya kita mudah untuk memaafkan kesalahan saudara kita, ikut merasakan sakit yang mereka rasakan dan merasa senang atas kegembiraan mereka. Dan ini semu adalah makna yang akan hadir setelah ada makna cinta di dalam hati.
Sungguh dua orang sahabat yang saling berziarah, dua-duanya adalah orang yang berkhianat jika ternyata tidak ada cinta di dalam hatinya. Dan untuk menumbuhkan rasa cinta ini adalah disamping kita berziarah secara dzahir, harus disertai dengan berziarah secara bathin. Ziarah secara bathin ini lebih penting daripada ziarah secara dzahir. Ziarah secara bathin ini adalah saling mendoakan kepada sesama kita di saat sesama kita itu tidak ada di hadapan kita. Mendo’akan kepada sesama kita dengan do’a-do’a yang baik biarpun untuk orang yang memusuhi kita, dan itulah hakikat silaturahmi,. Seperti yang disabdakan Nabi SAW, “Bukanlah menyambung persaudaraan itu adalah membalas kebaikan seseorang, akan tetapi yang dimaksud menyambung silaturahmi itu adalah jika hubungannya diputus ia memulai untuk menyambungnya, jika dia didzalimi sabar dan memohon maaf terlebh dahulu.”
Ini adalah makna silaturahmi, maka dari itu marilah kita hadirkan makna do’a, do’a baik yang sesungguhnya dengan tulus kepada Allah SWT untuk orang yang kita cintai dan orang-orang yang membenci dan mendengki kita sekalipun. Dengan inilah kebersihan hati akan segera kita rasakan dan akan terwujud hakikat silaturahmi diantara kita. Dengan hidup dalam kebersamaan dengan penuh kasih dan cinta tanpa dengki dan dendam. Begitu sebaliknya biarpun ziarah dzahir kita lakukan seribu kali dalam sehari tanpa dibarengi dengan ziarah hati yang kami maksud maka tidaklah kita sampai kepada silaturahmi yang sesungguhnya. Wallahu a’lam bissawb
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^